Laporan Praktikum Mikrobiologi
Mengukur Pertumbuhan Mikroorganisme
Hendra pangaribuan
NPM : E1J012075
Laboratorium IHPT
Fakultas Pertanian
Universitas Bengkulu
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
belakang
Pertumbuhan
pada bakteri didefinisikan sebagai pertumbuhan berat sel. Karena berat sel
relatif sama pada setiap siklus sel, maka pertumbuhan dapat di definisikan
sebagai pertambahan jumlah sel. Mempelajari pertumbuhan bakteri merupakan
faktor terpenting dalam mengetahui beberapa aspek fisiologi suatu bakteri
(Purwoko, 2007).
Pertumbuhan bakteri dapat diukur
dengan dua cara yaitu secara langsung dan tidak langsung. Pengukuran
pertumbuhan bakteri secara langsung dapat dilakukan dengan metode total count,
turbidikmetrik, berat kering, electronic counter, plating techique, fltrasi
membran. Sedangkan pengukuran pertumbuhan bakteri secara tidak langsung dapat
dilakukan dengan metode viable count, aktivitas metabolik dan berat sel
kering.
Adapun yang melatarbelakangi
praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat mengukur pertumbuhan sel dengan
pengukuran kombinasi metode langsung dan tidak langsung. Yang digunakan dalam
praktikum ini adalah metode total count dimana praktikan menghitung
jumlah sel melalui mikroskop. Sampel yang diambil adalah saccharomyces cerevisiae yang sudah tersedia di dalam ragi kemasan.
1.2 Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan
dilakukannya praktikum pengukuran pertumbuhan mikroorganisme ini, yaitu :
1.
Untuk
mengetahui apa yang di maksud dengan pertumbuhan.
2.
Untuk
mengetahui metode yang digunakan untuk perhitungan mikroorganisme.
3.
Untuk
mengetahui total mikroba dan jumlah sel/ml
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Mempelajari pertumbuhan bakteri merupakan
faktor terpenting dalam mengetahui beberapa aspek fisiologi. Hal itu
karena karakteristik pertumbuhan mencerminkan kejadian fisiologis suatu bakteri
(Purwoko, 2007).
Istilah pertumbuhan yang di gunakan
pada bakteri adalah perubahan dalam pertambahan total masa sel dan bukan
pertumbuhan dalam suatu individu organisme saja. Karena massa sel relatif sama
pada siklus sel, maka pertumbuhan dapat juga didefinisikan sebagai pertambahan
jumlah sel. Kondisi pertumbuhan seimbang pada suatu pertumbuhan pertambahan
semua komponen selular secara teratur. Akibatnya pertumbuhan dapat ditentukan
tidak hanya dengan cara mengukur jumlah sel tetapi juga dengan mengukur jumlah
berbagai komponen selular ( RNA, DNA dan Protein) dan juga produk-produk
metabolisme tertentu (Pelczar, 2005).
FASE-FASE PERTUMBUHAN
Fase dalam pertumbuhan bakteri telah dikenal luas oleh ahli mikrobiologi.
Terdapat 4 fase pertumbuhan bakteri ketika ditumbuhkan pada kultur curah (batch culture), yaitu fase adaptasi (lag phase), fase perbanyakkan (exponential phase), fase statis (stationer phase), dan fase kematian (death phase) (Purwoko, 2007).
1. Fase Adapatasi (Lag phase)
Pada fase ini tidak ada pertambahan
populasi. Sel mengalami perubahan dalam komposisi kimiawi dan bertambah
ukurannya, substansi interaseluler bertambah (Perlazar, 2005).
Ketika sel dalam fase statis
dipindahkan ke media baru, sel akan melakukan proses adaptasi. Proses adaptasi
meliputi sintesis enzim baru yang sesuai dengan medianya dan pemulihan terhadap
metabolit yang bersifat toksik (misalnya asam,alkohol, dan basa) pada waktu
media lama (Purwoko, 2007).
Pada fase adaptasi tidak di jumpai
pertambahan jumlah sel. Akan tetapi terjadi pertambahn volume sel karena pada
fase statis biasanya sel melakukan pengecilan ukuran sel. Akan tetapi, fase
adaptasi dapat dihindari (langsung ke fase perbanyakan), jika sel di media lama
dalam kondisi fase perbanyakan dan dipindahkan ke media baru yang sama
komposisinya dengan media lama (Purwoko, 2007).
2. Fase Perbanyakan
(Logaritma atau eksponensial)
Pada fase ini pembiakan bakteri
berlangsung paling cepat. Jika kita ingin mengadakan piaraan yang cepat tumbuh,
maka bakteri dalam fase ini baik sekali untuk dijadikan inokolum
(Dwidjuseputro, 1998).
Sel akan membelah dengan laju yang
konstan massa menjadi dua kali lipat dengan laju yang sama, aktivitas metabolit
konstan dan keadaan pertumbuhan yang seimbang (Pelczar, 2005).
Setelah memperoleh kondisi ideal
dalam pertumbuhannya, sel melakukan pembelahan. Karena pembelahan sel merupakan
persamaan ekponensial, maka fase itu disebut juga fase eksponensial. Pada fase
perbanyakan jumlah sel meningkat pada batas tertentu (tidak terdapat
pertumbuhan bersih jumlah sel), sehingga memasuki fase statis. Pada
fase perbanyakan sel melakukan konsumsi nutrien dan proses
fisiologis lainnya. Pada fase itu produk senyawa yang di inginkan oleh manusia
terbentuk, karena senyawa terbentuk merupakan senyawa yang di inginkan pada
fase perbanyakan adalah etanol, asam laktat dan asam organik lainnya (Purwoko,
2007).
3. Fase
Statis/Konstan
Pada
fase ini terjadi penumpukan produk beracun dan atau kehabisan nutrien. Beberapa
sel mati sedangkan yang lain tumbuh dan membelah. Jumlah sel hidup
menjadi tetap (Pelczar, 2005).
Fase ini menunjukan jumlah bakteri yang berbiak sama
dengan jumlah bakteri yang mati, sehingga kurva menunjukan garis yang hampir
horizontal (Dwidjoseputro, 1998).
Alasan bakteri tidak melakukan
pembelahan sel pada fase statis bermacam-macam. Beberapa alasan yang dapat dikemukan
akan adalah :
a.
Nutrien
habis
b.
Akumulasi
metabolit toksik (misalnya alkohol,asam, dan basa)
c.
Penurunan
kadar oksigen
d.
Penurunan
nilai aw (ketersediaan air)
Bentuk kasus kedua dijumpai pada
fase fermentasi alkohol dan asam laktat, untuk kasus ketiga dijumpai pada
bakteri aerob dan untuk kasus keempat dijumpai pada fungi/jamur (Purwoko,
2007).
Pada fase statis biasanya sel
melakukan adaptasi terhadap kondisi yang kurang menguntungkan. Adaptasi ini
dapat menghasilkan senyawa yang di inginkan manusia misalnya antibiotika dan
antioksidan (Purwoko, 2007).
4. Fase Kematian
Pada fase ini sel menjadi mati lebih
cepat dari pada terbentuknya sel-sel baru, laju kematian mengalami percepatan
menjadi eksponensial bergantung pada spesiesnya, semua sel mati dalam waktu
beberapa hari atau beberapa bulan (Pelczar, 2005).
Penyebab utama kematian adalah
autolisis sel dan penurunan energi seluler. Beberapa bakteri hanya mampu
bertahan beberapa jam selama fase statis dan akhirnya masuk ke dalam fase
kematian, sementara itu beberapa bakteri hanya mampu bertahan sampai harian dan
mingguan pada fase statis dan akhirnya masuk ke fase kematian. Beberapa
bakteri bahkan mampu bertahan sampai puluhan tahun sebelum mati, yaitu dengan
mengubah sel menjadi spora (Purwoko, 2007).
PENGUKURAN SEL
Pertumbuhan mikroorganisme dapat diukur berdasarkan konsentrasi sel (jumlah sel
per satuan isi kultur) ataupun destilasi sel (berat kering dari sel-sel
persatuan isi kultur). Dua parameter ini tidak selalu sama karena berat kering
sel rata-rata bervariasi pada tahap berlainan dalam pertumbuhan kultur, kedua
para meter tersebut juga tidak bermakna sama dalam penelitian mengenai biokimia
mikroorganisme atau gizi mikroorganisme. Densitas sel adalah kuantitas yang
lebih bermakna, sedangkan dalam penelitian mengenai inaktivitas mikroorganisme,
kosentrasi sel adalah kuantitas yang bermakna (Pratiwi, 2008).
Pertumbuhan mikroorganisme dapat diukur dengan dua cara, yaitu secara langsung
dan tidak langsung. Pengukuran pertumbuhan mikroorganisme secara langsung dapat
dilakukan dengan beberapa cara,yaitu :
1.
Metode Total Count
Pada metode
ini sampel ditaruh di suatu ruang hitung (seperti hemasitometer) dan jumlah sel
dapat ditentukan secara langsung dengan bantuan mikroskop (Hadioetomo, 1993).
Jika setetes
kultur dimasukkan kedalam wadah (misalnya hemasitometer) yang diketahui
volumenya, maka jumlah sel yang dapat dihitung. Akan tetapi cara tersebut
memiliki keterbatasan, yaitu tidak dapat membedakan sel hidup atau mati dan
tidak dapat digunakan pada jumlah sel yang sangat sedikit (kurang dari 102
sel/ml) (Purwoko, 2007).
Kelemahan
lainnya ialah sulitnya menghitung sel yang berukuran sangat kecil seperti
bakteri karena kekebalan hemositometer tidak memungkinkan digunakannya lensa
objektif celup minyak. Hal ini dibatasi dengan cara mencernai sel sehingga
menjadi lebih mudah dilihat. Kelemahan lain lagi ialah kadang-kadang cenderung
bergerombol sehingga sukar membedakan sel-sel individu. Cara mengatasinya ialah
mencerai-beraikan gerombolan sehinggga tersebut dengan menambahkan bahan anti
gumpalan seperti dinatrium etilanadiamina
tetra asetat dan tween-80
sebanyak 0,1%. Keuntungan metode ini ialah pelaksanaannya cepat dan tidak
memerlukan banyak peralatan (Hadioetomo, 1993).
2.
Metode Turbidimetrik
Bila kita
harus memeriksa kosentrasi sel jumlah besar biakan, maka metode cawan bukanlah
pilihan yang baik karena tidak hanya memakan waktu tetapi juga memerlukan media
dan pecah-belah dalam jumlah besar. Untuk kasus demikian tersedia metode yang
lebih cepat dan praktis, yaitu pengukuran kekeruhan biakan dengan fotokilometer
(Hadioetomo, 1993).
Secara rutin
jumlah sel bakteri dapat dihitung dengan cara menghitung kekeruhan (turbiditas)
kultur. Semakin keruh suatu kultur, semakin banyak jumlah sel. Prinsip dasar
metode turbidimeter adalah jika cahaya mengenai sel, maka sebagian cahaya
diserap dan sebagian cahaya diteruskan. Jumlah cahaya yang diserap propisional
(sebanding lurus dengan jumlah sel bakteri). Ataupun jumlah cahaya yang
diteruskan berbanding terbalik dengan jumlah sel bakteri. Semakin banyak jumlah
sel, semakin sedikit cahaya yang diteruskan. Metode ini memiliki kelemahan
tidak dapat membedakan antara sel mati dan sel hidup (Purwoko, 2007).
3.
Metode Berat
Kering
Cara yang
paling cepat mengukur jumlah sel adalah metode berat kering. Metode tersebut
relatif mudah dilakukan, yaitu kultur disaringan atau disentrifugasi, kemudian
bagian yang disaring atau yang mengendap hasil sentrifugasi dikeringkan. Pada
metode ini juga tidak dapat membedakan sel yang hidup dan mati. Akan tetapi
keterbatasan itu tidak mengurangi manfaat metode tersebut dalam hal mengukur
efesiensi fermentasi, karena pertumbuhan diukur dengan satuan berat, sehingga
dapat diperhitungkan dengan parameter konsumsi substrat dan produksi senyawa
yang diinginkan (Purwoko, 2007).
4.
Metode Elektronic Counter
Pada pengukuran ini, suspensi
mikroorganisme dialirkan melalui lubang kecil (orifice) dengan bantuan aliran
listrik. Elektroda yang ditempatkan pada dua sisi orifice mengukur tekanan
listrik (ditandi dengan naiknya tekanan) pada saat bakteri melalui orifice.
Pada saat inilah sel terhitung. Keuntungan metode ini adalah hasil bisa
diperoleh dengan lebih cepat dan lebih akurat, serta dapat menghitung sel
dengan ukuran besar. Kerugiannya metode ini tidak bisa digunakan untuk
menghitung bakteri karena adanya gangguan derbit, filamen, dan sebagainya,
serta tidak dapat membedakan antara sel hidup dan sel mati (Pratiwi, 2008).
5.
Metode Plating Techique
Metode ini
merupakan metode perhitungan jumlah sel tampak (visible) dan di dasarkan pada
asumsi bahwa bakteri hidup akan tumbuh, membelah dan memproduksi satu koloni
tunggal. Satuan perhitungan yang dipakai adalah CFU (colony forming unit) dengan cara membuat seri pengenceran sampel
dan menumbuhkan sampel pada media padat. Pengukuran dilakukan pada plat dengan
jumlah koloni berkisar 25-250 atau 30-300. Keuntungan metode ini adalah
sederhana, mudah dan sensitif karena menggunakan colony counter sebagai alat hitung dapat digunakan untuk menghitung
mikroorganisme pada sampel makanan, air ataupun tanah. Kerugiannya adalah harus
digunakan media yang sesuai dan perhitungannya yang kurang akurat karena
satu koloni tidak selalu berasal dari satu individu sel (Pratiwi, 2008).
6.
Metode
filtrasi membran
Pada metode ini sampel dialirkan
pada suatu sistem filter membran dengan bantuan vaccum. Bakteri yang
terperangkap selanjutnya ditumbuhkan pada media yang sesuai dan jumlah koloni
dihitung. Keuntungan metode ini adalah dapat menghitung sel hidup dan sistem
perhitungannya langsung, sedangkan kerugiannya adalah tidak ekonomis (Pratiwi,
2008).
Metode pengukuran pertumbuhan
mikroorganisme secara tidak langsung dapat dilakukan dengan beberapa metode
sebagai berikut :
1.
Metode
Viable Count
Kultur diencerkan sampai batas yang di inginkan. Kultur encer ditumbuhkan
kembali pada media, sehingga di harapkan setiap sel tumbuh menjadi 1 koloni
beberapa saat berikutnya, biasanya 4-12 jam. Akan tetapi cara ini
memiliki keterbatasan, yaitu jumlah sel terhitung biasanya lebih dari
sebenarnya (kemungkinan besar 1 koloni dapat berasal dari 2 sel) dan
tidak dapat di aplikasikan pada bakteri yang tumbuh lambat. Pada metode tersebut
yang perlu diperhatikan adalah jumlah sel bakteri harus mendekati kelipatan 10
pada setiap pengencerannya. Jika tidak pengenceran di anggap gagal. Misalnya
cawan yang dapat dihitung jumlah selnya adalah yang mempunyai jumlah sel
sekitar 2-4 untuk sampel pengenceran (10-x ), 20-40 untuk sampel
pengenceran (10(x+1)) dan 200-400 untuk sampel pengenceran (10-(x+2))
(Purwoko, 2007).
2.
Metode
Aktivitas Metabolik
Metode ini di dasarkan pada asumsi bahwa produk metabolit tertentu, misalnya
asam atau CO2, menunjukkan jumlah mikroorganisme yang terdapat di
dalam media. Misalnya pengukuran produksi asam untuk menentukan jumlah vitamin
yang di hasilkan mikroorganisme (Pratiwi, 2008).
3.
Metode Berat
Sel Kering
Metode ini umum digunakan untuk mengukur pertumbuhan fungi berfilamen. Miselium fungi dipisahkan dari media dan
dihitung sebagai berat kotor. Miselium
selanjutnya dicuci dan dikeringkan dengan alat pengering (desikator) dan
ditimbang beberapa kali hingga mencapai berat yang konstan yang dihitung
sebagai berat sel kering (Pratiwi, 2008)
BAB III
METODE KERJA
3.1 Waktu
dan Tempat Praktikum
Praktikum pengukuran pertumbuhan mikroorganisme ini dilaksanakan pada
hari senin 06 Mei 2013 pukul 10.00-12.00 WITA di Laboratorium Ilmu Hama
Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu.
3.2 Alat dan
Bahan
3.2.1 Alat-alat yang
digunakan, antara lain :
-
Laminar air
flow cabinet
-
Erlenmeyer
-
Cover glass
-
Mangkuk
kecil
-
Pipet mikro
0,5ml
-
Pipet tetes
-
Lampu bunsen
-
Rotasy
shaker
-
Hot plate
3.2.2 Bahan-bahan yang
digunakan, antara lain :
- Alkohol 70%
- Alkohol 96%
- SSTSA dan
SSPDA
- Larutan NaCl
- Saccharomyces
cerevisiae ( dari ragi kemasaan )
- Aquadest
- Tisu
- Aluminium
foil
- Korek api
3.3 Cara Kerja
1.Tiga jenis
medium Kultur di tuangkan kedalam 3 cawan petri yang berbeda|
2.setelah
medium mendapat,masing masing di inokulasi dengan biakan jamur satu bor
gabus,kemudian di inkubasi kedalam ruangan .
3.setelah
2-3 hari diamati pertiumbuhannya,pengamatan pertumbuhan dilakukan dengan cara
mengukur luas koloni dan menimbang berst kering biakan.
4.bandingkan
pertumbuhan jamur pada ketiga perlakuan tersebut,tentukan perlakuan mana yang
menunjukkan pertumbuhan yang tercepat,dan perlakuan mana yang pertumbuhan
paling lambat.
BAB IV
HASIL DAN
PEMBAHASAN
4.1.Hasil Pengamatan
A.Pda Tempe Campur B.SS JSA C.SS JSA kertas saring
D.PDA
Tempe E.PDA
Campur F.SS
JSA Tempe
G.DS TSA H.DS Tempe
4.2.Perhitungan
2.TSA tempe (SS) suhu kamar
Luas = P
x l
= 400 x 400
= 400 x 400
3.DS Tempe Suhu kamar
Luas = P x l
= 200 x 300
4.SSJSA kertas saring suhu kamar
Luas = P x l
= 100 x 100
5.SSJSA Tempe suhu kamar
Luas = p x l
= 350 x 400
6.DSTSA Suhu kamar
Luaa = P x l
= 500 x 3500|
7.PDA tempe suhu dingin
Luas = P x l
= 150 x150
Luas = P x l
= 200 x 300
4.SSJSA kertas saring suhu kamar
Luas = P x l
= 100 x 100
5.SSJSA Tempe suhu kamar
Luas = p x l
= 350 x 400
6.DSTSA Suhu kamar
Luaa = P x l
= 500 x 3500|
7.PDA tempe suhu dingin
Luas = P x l
= 150 x150
8.PDA campur suhu kamar
Luaa = P x l
= 300 x 350
untuk koloni sedang L = P x l
= 250 x 250
Untuk koloni kecil L = P x l
= 100 x 150
Luaa = P x l
= 300 x 350
untuk koloni sedang L = P x l
= 250 x 250
Untuk koloni kecil L = P x l
= 100 x 150
9.PDA Campur suhu dingin
Luas = P x l
= 200 x 200
10.SSJSA Tempe suhu dingin
Luas = P x l
= 200 x 2000
Luas = P x l
= 200 x 200
10.SSJSA Tempe suhu dingin
Luas = P x l
= 200 x 2000
4.4
Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan pengukuran pertumbuhan mikroorganisme.
Praktikum pengukuran pertumbuhan mikroorganisme ini bertujuan agar mahasiswa
mengetahui metode-metode yang digunakan dalam mengukur pertumbuhan mikroorganisme,
mahasiswa dapat mengerti yang
dimaksud dengan pertumbuhan dan agar dapat diketahui jumlah mikroba/ml.
Pertumbuhan pada bakteri adalah perubahan dalam pertambahan total masa sel dan
bukan perubahan dalam suatu individu organisme saja. Karena masa sel relatif
sama pada siklus sel, maka pertumbuhan dapat juga didefinisikan sebagai
pertambahan jumlah sel. Kondisi pertumbuhan seimbang ada suatu pertambahan
semua komponen seluler secara teratur. Akibatnya pertumbuhan dapat ditentukan
tidak hanya dengan cara mengukur jumlah sel tetapi juga dengan mengukur jumlah
berbagai komponen seluler (RNA, DNA, dan protein) dan juga produk-produk
metabolik tertentu (Pelczar, 2005).
Pertumbuhan mikroorganisme dapat diukur berdasarkan kosentrasi sel (jumlah sel
per satuan isi kultur ). Adapun desinitas sel (berat sel kering dari
sel-sel persatuan isi kultur ). Dua parameter ini tidak selalu sama karena
berat kering sel rata-rata bervariasi pada tahap berlainan dalam pertumbuhan
kultur, kedua parameter tersebut juga tidak bermakna sama dalam penelitian
mengenai inaktivitas mikroorganisme, kosentrasi sel adalah kuantitas yang
bermakna (Pratiwi, 2008).
Pengukuran petumbuhan sel dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara langsung
dengan metode total count, turbidikmetik, berat kering, elektrik counter,
plating technique dan filtrasi membran. Secara tidak langsung dapat dilakukan
dengan metode viable count, aktivitas metabolik dan berat sel kering. Pada
praktikum ini digunakan metode total count. Pada metode ini sampel ditaruh
disuatu ruangan hitung (seperti hemasitometer) dan jumlah sel dapat ditentukan
secara langsung dengan bantuan mikroskop (Hadioetomo, 1993).
Sampel yang digunakan untuk praktikum mengukur
pertumbuhsn mikroorgsnisme ini adalah tempe dan kertas saring,kemudian SSJSA
dan juga DS
Adapun fase
pertumbuhan mikroba,yaitu:
1.
Fase lag (fase adaptasi )
Pada fase ini tidak ada petambahan
populasi. Sel mengalami perubahan dalam komposisi kimiawi dan bertambah
ukurannya, substansi intrasululer bertambah. Pada fase adaptasi tidak
dijumpai pertambahan jumblah sel. Akan tetapi terjadi pertambahan volume sel karena
pada fase stais biasanya sel melakukan pengecilan ukuran sel.
2. Fase perbayakan
(logaritma/eksponensial)
Pada fase ini pembiakan bakteri
berlangsung paling cepat. Jika kita ingin mengadakan piaran yang cepat tumbuh,
maka bakteri dalam fase ini baik sekali untuk dijadikan inokolum. Sel
akan membelah dengan laju sama, aktifitas metabolik konstan dan keadaan
pertumbuhan seimbang.
3. Fase
statis/kontan
Fase ini menunjukan jumlah
bakteri yang berbiak sama dengan jumlah bakteri yang mati.sehingga kurva
menunjukan garis yang hampir horisontal.
4. Fase kematian
pada fase ini sel menjadi mati lebih cepat dari pada terbentuknya sel-sel baru.
Lalukematianmengalamipercepatanmenjadieksponensial.
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Dari
praktikum pengukuran pertumbuhan mikroorganisme yang telah dilakukan yang
dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1.
Perubahan
pada bakteri adalah pertambahan berat sel, namun karena berat sel, relatif sama
pada setiap siklus sel maka pertumbuhan juga dapat didefinisikan sebagai
pertambahan jumlah sel.
2.
Ada dua cara
untuk mengukur perkumbuhan bakteri yaitu secara langsung dengan metode total
count, turbedimetrik, berat kering, elektionik counter, plating techique, dan
filtarasi membran. Sedangkan pengukuran tidak langsung dapat dilakukan dengan
metode viable count, aktifitas matabolik, dan berat sel kering.
3.
Berdasarkan
hasil pengamatan yang diperoleh dapat diketahui jumlah sel/ml dalam waktu 0n
adalah 178,75 sedangkan dalam waktu 30n jumlah mikroba 160,00 sel/ml.
5.2 Saran
Saran
yang dapat diberikan untuk percobaan ini adalah sebaiknya dilakukan pengukuran
pertumbuhan mikroorganisme dengan beberapa metode, tidak dengan suatu
kombinasi metode saja, sehingga praktikan tidak hanya mengerti satu jenis
metode. Dan di harapkan pada partikum selanjutnya perhatikan benar-benar
dilibatkan dalam pelaksanaan pratikum tidak sebagian saja yang melaksanakan,
dan sebaiknya ada pembagian-pembagian tugas dalam melaksanakan pratikum. Dan
pada pratikum selanjutnya di harapkan dapat memanfaatkan waktu sebaik –baiknya
DAFTAR
PUSTAKA
Darneti. 2006. Pengantar
Mikrobiologi. Andalas University Press : Padang.
Dwidjoseputro.1998. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan : Jakarta.
Hadioetomo,
Sri Ratna. 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam
Praktek. PT.Gramedia :
Jakarta.
Pelczar, Michael. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. UI-Press : Jakarta.
Pratiwi, Slyvia T. 2006. Mikrobiologi Farmasi. Erlagga : Jakarta.
Purwoko,Tjahjadi. 2007. Fisologi Mikroba. Bumi Aksara : Jakarta.
2011 pukul 11.45 WITA di Samarinda.