Laporan
Praktikum Mikrobiologi
PEMBUATAN
NATA DE COCO
Hendra
pangaribuan
NPM :
E1J012075
\
Laboratorium
IHPT
Fakultas
Pertanian
Universitas
Bengkulu
BAB I
Pendahuluan
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Kata nata berasal dari bahasa Spanyol yang berarti
krim. Nata diterjemahkan ke dalam bahasa Latin sebagai 'natare' yang berarti
terapung-apung. Nata dapat dibuat dari air kelapa, santan kelapa, tetes tebu
(molases), limbah cair tebu, atau sari buah (nanas, melon, pisang, jeruk, jambu
biji, strawberry dan lain-lain). Nata yang dibuat dari air kelapa disebut nata
de coco. Di Indonesia, nata de coco sering disebut sari air kelapa atau sari
kelapa. Nata de coco pertama kali berasal dari Filipina. Di Indonesia, nata de
coco mulai dicoba pada tahun 1973 dan mulai diperkenalkan pada tahun 1975.
Namun demikian, nata de coco mulai dikenal luas di pasaran pada tahun 1981
(Sutarminingsih, 2004).
Di Indonesia pada awalnya, industri pengolahan nata
diawali di tingkat usaha rumah tangga (home industry) dengan menggunakan sari
buah nanas sebagai bahan bakunya sehingga produknya sering disebut nata de
pina. Seperti pada umumnya usaha buah-buahan musiman lainnya, keberlangsungan
produksi nata de pina terbentur dengan kendala sifat musiman tanaman nanas.
Sehingga produksi nata de pina tidak dapat dilakukan sepanjang tahun.
Keberlangsungan input merupakan hal yang penting dalam manajemen agribisnis
termasuk nata de coco (Gumbira dan Intan, 2001). Untuk mengatasi kendala
tersebut, alternatif penggunaan bahan lain yang mudah didapat, tersedia
sepanjang tahun dan harganya murah adalah air kelapa. Pada mulanya air kelapa
kebanyakan hanya merupakan limbah dari industri pembuatan kopra atau minyak
goreng (Jawa: klentik). Nata dari air kelapa yang kemudian terkenal dengan nama
nata de coco merupakan hasil fermentasi air kelapa dengan bantuan mikroba
acetobacter xylinum. Jumlah air kelapa yang dihasilkan dari buah kelapa di
Indonesia kurang lebih 900 juta liter per tahun (Sutardi 2004).
Nata de coco merupakan salah satu produk olahan air
kelapa yang memiliki kandungan serat tinggi dan kandungan kalori rendah
sehingga cocok untuk makanan diet dan baik untuk sistim pencernaan serta tidak
mengandung kolesterol sehingga mulai poluler di kalangan masyarakat yang
memiliki perhatian pada kesehatan. Nata de coco tidak hanya memiliki pasar
domestik tetapi juga pasar ekspor terutama Eropa, Jepang, Amerika Serikat dan
negara-negara Timur Tengah. Di pasar domestik, permintaan nata de coco biasanya
meningkat tajam pada saat menjelang hari raya Natal, Lebaran, Tahun Baru dan
peristiwa-peristiwa penting lainnya. Begitu banyaknya permintaan pada
waktu-waktu tersebut, banyak rumah tangga yang secara sporadis membuat nata de
coco untuk memanfaatkan kesempatan tersebut. Negara-negara penghasil nata de
coco pesaing Indonesai adalah Filipina, Malaysia dan Vietnam. Di pasar ekspor,
Filipina merupakan saingan utama produk nata de coco. Di Jepang, 90% nata de
coco diimpor dari Filipina. Orang Jepang percaya bahwa nata de coco dapat
melindungi tubuh dari kanker dan digunakan untuk makanan diet (DAAMAS, 2004).
Dari segi skala perusahaan, usaha nata de coco
dilakukan oleh beberapa perusahaan besar-menengah dan juga banyak sekali
perusahaan kecil-rumah tangga. Tentu saja mereka memiliki segmentasi pasar sendiri-sendiri.
Perusahaan besar-menengah memiliki pasar yang relatif lebih luas mencangkup
pasar domestik dan pasar ekspor. Sedangkan perusahaan kecil-rumah tangga
memiliki pasar lokal dan daerah sekitar. Usaha kecil-rumah tangga nata de coco
telah banyak menyerap tenaga kerja lokal. Oleh karena itu, pemerintah sangat
mendukung usaha nata de coco tersebut melalui pemberian latihan/bimbingan
teknis dan bantuan modal pada usaha kecil.
Sebenarnya nata de coco merupakan hasil sampingan
(limbah) buah kelapa. Buah kelapa merupakan bagian terpenting dari tanaman
kelapa karena memiliki nilai ekonomis dan gizi yang tinggi. Dilihat dari
persentase komponennya, buah kelapa terdiri dari empat komponen yaitu 35%
sabut, 12% tempurung, 28% daging buah dan 25% air kelapa. Masing-masing
komponen dapat dimanfaatkan untuk produk makanan maupun non makanan. Sebagai
contoh serabut untuk kerajinan keset, sapu, furniture; tempurung kelapa untuk
arang; buah kelapa untuk minyak goreng, santan, kopra; dan air kelapa untuk
nata de coco. Dari total produksi kelapa di Indonesia 34,7% diolah untuk
santan, 8% untuk minyak goreng dan 57,3% untuk kopra (Kompas, 2004). Terdapat
bermacam-macam output hasil olahan buah kelapa. Gambar 1.1. menunjukkan output
derivasi dari buah kelapa. Nata de coco hanya merupakan salah satu output
derivasi dari air kelapa, selain asam cuka minuman dan obat penurun panas.
Dari segi keberlangsungan pasokan input, usaha nata de
coco memiliki prospek yang cerah. Daerah penghasil kelapa di Indonesia antara
lain Sulawesi Utara, Riau, Jambi, Lampung, Daerah Istimewa Aceh, Sumatra Barat,
Sumatra Utara, Sulawesi Tengah, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan
Barat, Kalimantan Selatan, Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat. Sebesar
90,86% dari total produksi kelapa Indonesia berasal dari daerah-daerah tersebut
(Departemen Pertanian 2004). Data sampai dengan tahun 1999 menunjukkan bahwa
Indonesia merupakan penghasil kelapa terbesar di dunia diikuti India dan
Filipina (DAAMAS 2004). Tabel 1.1 menunjukkan produksi kelapa di Indonesia,
Filipina, India dan Total dunia 1995-1999.
Tabel 1.1.Produksi Kelapa (000
metric tons)
Negara
|
1995
|
1996
|
1997
|
1998
|
1999
|
Indonesia
|
13.868
|
14.138
|
14.710
|
14.710
|
13.000
|
Filipina
|
10.300
|
11.318
|
12.053
|
10.493
|
11.000
|
India
|
8.000
|
9.649
|
9.800
|
10.000
|
11.000
|
Total Dunia
|
45.068
|
47.733
|
49.354
|
47.696
|
47.480
|
Buah kelapa memiliki kontribusi pembangungan ekonomi
di Nanggroe Aceh Darussalam. Dari buah kelapa ini saja sudah terdapat tiga
industri menengah dan besar, 270 industri kecil formal dan nonformal. Dari
sekitar 7.537 unit usaha yang menyerap 39.532 tenaga kerja di sektor industri,
hanya sekitar enam% saja tenaga kerja yang terkait dengan industri dengan latar
belakang pemanfaatan kelapa.
Usaha nata de coco memberikan dampak yang positif terhadap
masyarakat sekitar karena mengingat bahan dasar nata de coco hanya merupakan
limbah produksi kopra. Dengan asumsi setiap petani dapat menghasilkan 10
jerigen (kapasitas 20 liter) atau 200 liter dalam satu hari, petani akan
mendapatkan tambahan penghasilan Rp 20.000-Rp30.000 per hari (harga per liter:
Rp 100 - Rp 150 per liter). Air kelapa memiliki kandungan vitamin seperti ditunjukkan
oleh tabel Tabel 1.2
Tabel
1.2. Komposisi Vitamin Air Kelapa
No.
|
Jenis Vitamin
|
ug/ml
|
1.
|
Asam nikotinat
|
0,01
|
2.
|
Biotin
|
0,02
|
3.
|
Asam pantotenat
|
0,52
|
4.
|
Riboflavin
|
0,01
|
5.
|
Asam fosfat
|
0,03
|
B. Tujuan Praktikum
• Agar mahasiswa mampu membuat sendiri nata nata de coco • Agar mahasiswa mampu memanfaatkan limbah secara mikrobiologis untuk dijadikan bahan bernilai ekonomi.
• Agar mahasiswa mampu membuat sendiri nata nata de coco • Agar mahasiswa mampu memanfaatkan limbah secara mikrobiologis untuk dijadikan bahan bernilai ekonomi.
BAB
II
Metodelogi
Metodelogi
2.1 Bahan dan Alat
• Bahan : Stater nata
mengandung Acetobacter xylinum, air kelapa atau bahan lain, gula pasir, asam cuka
dapur, asam asetat glacial, urea, ZA.
• Alat :
Kompor, panic untuk merebus media (air kelapa), gelas ukur besar, pengduk,
saringan air kelapa/ayakan tepung, nampan/wadah untuk fermentasi, kain
putih/kertas Koran untuk penutup, tali pengikat/raffia, timbangan.
2.2 Prosedur Kerja
• Air kelapa disaring dengan
menggunakan kain saring bersih.
• Sambil dipanaskan, air kelapa ditambah sukrosa (gula pasir) sebanyak 10% (b/v), ZA 0,25% dan urea 0,5% (b/v), diaduk hingga homogeny dan air kelapa mendidih.
• Substrat ini didinginkan, kemudian ditambah asam asetat glacial (asam cuka) sebanyak 2% atau 16 ml asam cuka dapur untuk setiap 1 literair kelapa.
• Substrat disterilkan dengan cara dimasukkan dalam autoclave pada suhu 121ºC, tekanan 1 atm, selama 10 menit (atau didihkan selama 20 menit).
• Substrat didinginkan hingga suhu 40ºC kemudian dimasukkan pada nampan atau baskom steril dengan permukaan yang lebar, dengan kedalaman substrat kira-kira 3 cm.
• Substrat diinokulasi dengan menggunakan starter atau bibit sebanyak 10% (v/v).
• Substrat kemudian diaduk rata dan ditutup dengan menggunakan kain basa (boleh menggunakan kertas koran).
• Nampan diinkubasi atau diperam dengan cara diletakkan pada tempat dan ruang yang bersih, terhindar dari debu dan goyangan.
• Inkubasi dilakukan selama 10-15 hari, pada suhu kamar. Pada tahap fermentasi ini tidak boleh digoyang-goyang.
• Pada umur 10-15 hari nata dapat dipanen dan diolah sesuai selera.
• Sambil dipanaskan, air kelapa ditambah sukrosa (gula pasir) sebanyak 10% (b/v), ZA 0,25% dan urea 0,5% (b/v), diaduk hingga homogeny dan air kelapa mendidih.
• Substrat ini didinginkan, kemudian ditambah asam asetat glacial (asam cuka) sebanyak 2% atau 16 ml asam cuka dapur untuk setiap 1 literair kelapa.
• Substrat disterilkan dengan cara dimasukkan dalam autoclave pada suhu 121ºC, tekanan 1 atm, selama 10 menit (atau didihkan selama 20 menit).
• Substrat didinginkan hingga suhu 40ºC kemudian dimasukkan pada nampan atau baskom steril dengan permukaan yang lebar, dengan kedalaman substrat kira-kira 3 cm.
• Substrat diinokulasi dengan menggunakan starter atau bibit sebanyak 10% (v/v).
• Substrat kemudian diaduk rata dan ditutup dengan menggunakan kain basa (boleh menggunakan kertas koran).
• Nampan diinkubasi atau diperam dengan cara diletakkan pada tempat dan ruang yang bersih, terhindar dari debu dan goyangan.
• Inkubasi dilakukan selama 10-15 hari, pada suhu kamar. Pada tahap fermentasi ini tidak boleh digoyang-goyang.
• Pada umur 10-15 hari nata dapat dipanen dan diolah sesuai selera.
BAB III
Hasi pengamatan danPembahasan
Nata de coco adalah produk makanan yang dihasilkan dari fermentasi cairan oleh bakteri Acetobacter xylinum. Nata de coco ini dibuat dari air kelapa yang telah disiapkan untuk praktikum pembuatan nata di laboratorium. Setelah alat dan bahan telah lengkap, selanjutnya kita mengikuti prosedur kerja pembuatan nata.
Air kelapa sebanyak 10 L yang telah disiapkan sebelumnya, disaring dengan menggunakan kain saring bersih. Setelah itu, sambil dipanaskan air kelapa yang telah disaring tadi ditambah sukrosa (gula pasir) sebanyak 100 g. Selanjutnya, tambahkan ZA yang telah ditimbang sebelumnya yaitu sebanyak 50 g dan urea sebanyak 50 g. Aduklah hingga tercampur rata secara homogen dan sampai air kelapa mendidih. Setelah mendidih, angkat air kelapa dan dinginkan. Substrat didinginkan hingga suhu 40C kemudian dimasukkan pada botol yang sudah disterilisasi. Substrat diinokulasi dengan menggunakan starter atau bibit dengan perbandingan 1000 : 100 setiap 1 L air kelapa. Kemudian aduk rata dan ditutup dengan kertas Koran. Selanjutnya, nampan diinkubasi dengan cara diletakkan pada tempat dan ruang yang bersih serta terhindar dari goyangan dan debu. Inkubasi dilakukan selama 10-15 hari pada suhu kamar dan setelah umur ini nata siap dipanen dan diolah.
Proses Pembuatan
Hasi pengamatan danPembahasan
Nata de coco adalah produk makanan yang dihasilkan dari fermentasi cairan oleh bakteri Acetobacter xylinum. Nata de coco ini dibuat dari air kelapa yang telah disiapkan untuk praktikum pembuatan nata di laboratorium. Setelah alat dan bahan telah lengkap, selanjutnya kita mengikuti prosedur kerja pembuatan nata.
Air kelapa sebanyak 10 L yang telah disiapkan sebelumnya, disaring dengan menggunakan kain saring bersih. Setelah itu, sambil dipanaskan air kelapa yang telah disaring tadi ditambah sukrosa (gula pasir) sebanyak 100 g. Selanjutnya, tambahkan ZA yang telah ditimbang sebelumnya yaitu sebanyak 50 g dan urea sebanyak 50 g. Aduklah hingga tercampur rata secara homogen dan sampai air kelapa mendidih. Setelah mendidih, angkat air kelapa dan dinginkan. Substrat didinginkan hingga suhu 40C kemudian dimasukkan pada botol yang sudah disterilisasi. Substrat diinokulasi dengan menggunakan starter atau bibit dengan perbandingan 1000 : 100 setiap 1 L air kelapa. Kemudian aduk rata dan ditutup dengan kertas Koran. Selanjutnya, nampan diinkubasi dengan cara diletakkan pada tempat dan ruang yang bersih serta terhindar dari goyangan dan debu. Inkubasi dilakukan selama 10-15 hari pada suhu kamar dan setelah umur ini nata siap dipanen dan diolah.
Proses Pembuatan
A.Pembuatan lembaran nata de coco:
1. Penyaringan air
kelapa. Penyaringan ini dilakukan untuk memisahkan air dari kotoran-kotoran
atau serbuk-serbuk sabut kelapa yang ikut terbawa. Pada industri ini,
penyaringan dilakukan dengan menggunakan kain saring dengan ukuran dengan
akuran mesh yang lebih kecil dari saringan plastic biasanya. Jumlah air yang
digunakan untuk sekali produksi adalah 100 liter.
2. Penambahan gula,
Alumunium sulfat, dan asam asetat glasial. Ketiga bahan tersebut ditambahkan
kedalam air kelapa untuk dapat menciptakan kondisi pertumbuhan yang sesuai
untuk pertumbuhan bakteri yang akan diinokulasikan. Gula dan Alumunium sulfat
digunakan sebagai sumber nutrisi karbon dan nitrogen bagi bakteri, sedangkan asetat
glacial ditambahkan untuk menciptakan kondisi asam dengan pH 4-4,5. Dari 100
liter air kelapa yang digunakan, ditambahkan gula sebanyak 40cc, alumunium
sulfat 40cc, dan asam asetat glacial 40cc.
3. Pemanasan larutan.
Pemanasan larutan dilakukakan hingga suhu 100 derajat Celsius untuk melarutkan
seluruh larutan gula, Alumunium sulfat, dan asam asetat glacial yang
ditambahkan kedalam air kelapa.
4. Penyaringan kembali
larutan air kelapa. Penyaringan ini dimaksudkan untuk memisahkan larutan dari kotoran-kotoran
yang mungkin terdapat pada gula, Alumunium sulfat, dan asam asetat glacial.
5. Pendinginan setelah
pemanasan, larutan dituang kedalam wadah fermentasi (talam) dan ditutup dengan
kertas koran yang steril hingga larutan menjadi dingin selama 2-3 jam
6. Penambahan starter.
Starter ditambahkan kedalam larutan setelah larutan tersebut benar-benar
menjadi dingin. Banyak starter yang ditambahkan sekitar 1 botol starter dapat
untuk 6 talam. Kemudian ditutup dengan kertas Koran yang steril dan diikat
dengan karet.
7. Proses fermentasi.
Fermentasi dilakukan dengan meletakan wadah-wadah fermentasi tersebut diatas
rak fermentasi atau dirung kamar hingga 7 hari sampai berbentuk lapisan nata
dengan ketebalan yang diinginkan.
B.Persiapan Substrat
Sustrat adalah media pertumbuhan bakteri Acetobacter
xylinum, bentuk cair yang didalamnya mengandung nutrisi yang diperlukan untuk
pertumbuhan Acetobacter xylinum, untuk menghasilkan Nata de Coco.
Cara penyiapan substrat untuk pembuatan Nata de Coco dengan
bahan baku air kelapa ádalah sebagai berikut; air kelapa yang diperoleh dari
pasar disaring dengan menggunakan kain saring bersih. Ke dalam air kelapa
ditambahkan sukrosa (gula pasir) sebanyak 10% (b/v). Gula ditambahkan sambil
dipanaskan, diaduk hingga homogen. Urea (sebanyak 5 gram urea untuk setiap 1
liter air kelapa bergula yang disiapkan) ditambahkan dan diaduk sambil
didihkan. Substrat ini didinginkan, kemudian ditambah asam acetat glacial (asam
cuka ) sebanyak 2% atau asam cuka dapur 25% (16 ml asam asetat untuk setiap 1
liter air kelapa). Substrat disterilkan dengan cara dimasukkan dalam outoclave
pada suhu 121 oC, tekanan 2 atm, selama 15 menit (atau didihkan selama 15menit).
C.Penyiapan Starter
C.Penyiapan Starter
Starter
adalah bibit Acetobacter xylinum yang telah ditumbuhkan dalam substrat
pertumbuhan kultur tersebut sehingga populasi bakteri Acetobacter xylinum
mencapai karapatan optimal untuk proses pembuatan nata, yaitu 1 x 109 sel/ml.
Biasanya kerapatan ini akan dicapai pada pertumbuhan kultur tersebut dalam
susbtrat selama 48 jam (2 hari).
Penyiapan
starter adalah sebagai berikut: substrat disterilkan dengan outoclave atau
dengan cara didihkan selama 15 menit. Setelah dingin kira-kira susu 40 oC,
sebanyak 300 ml dimasukkan ke dalam botol steril volume 500 ml. Substrat dalam
botol steril diinokulasi (ditanami bibit bakteri Acetobacter xylinum) sebanyak
2 ose (kira-kira 2 pentol korek api), bibit Acetobacter xylinum. Substrat
digojog, sebaiknya menggunakan shaker dengan kecepatan 140 rpm ( secara manual
digojog setiap 2-4 jam ). Starter ditumbuhkan selama 2 hari, pada suhu kamar.
D.Fermentasi
D.Fermentasi
Fermentasi
adalah suatu proses pengubahan senyawa yang terkandung di dalam substrat oleh
mikroba (kulture) misalkan senyawa gula menjadi bentuk lain (misalkan selulosa /
Nata de Coco), baik merupakan proses pemecahan maupun proses pembentukan dalam
situasi aerob maupun anaerob. Jadi proses fermentasi bisa terjadi proses
katabolisme maupun proses anabolisme.
Fermentasi
substrat air kelapa yang telah dipersiapkan sebelumnya prosesnya sebagai
berikut; substrat air kelapa disterilkan dengan menggunakan outoclave atau
dengan cara didihkan selama 15 menit. Substrat didinginkan hingga suhu 40oC.
Substrat dimasukkan pada nampan atau baskom steril dengan permukaan yang lebar,
dengan kedalaman substrat kira-kira 5 cm. Substrat diinokulasi dengan
menggunakan starter atau bibit sebanyak 10 % (v/v). Substrat kemudian diaduk
rata, ditutup dengan menggunakan kain kasa. Nampan diinkubasi atau diperam
dengan cara diletakan pada tempat yang bersih, terhindar dari debu, ditutup
dengan menggunakan kain bersih untuk menghindari terjadinya kontaminasi.
Inkubasi dilakukan selama 10 – 15 hari, pada suhu kamar. Pada tahap fermentasi
ini tidak boleh digojok. Pada umur 10-15 hari nata dapat dipanen.
3.7.Proses Pengolahan Nata de Coco
Nata
de Coco yang dipanen pada umur 10-15 hari, dalam bentuk lembaran dengan
ketebalan 1 - 1,5 cm. Nata de Coco dicuci dengan menggunakan air bersih, diiris
dalam betuk kubus, dicuci dengan menggunakan air bersih. Nata de Coco direndam
dalam air bersih selama 2-3 hari. Agar rasa asam Nata de Coco hilang perlu
direbus hingga selama 10 menit. Hingga tahap ini telah dihasilkan Nata de Coco
rasa tawar.
Untuk
menghasilkan Nata de Coco siap konsumsi yang memiliki rasa manis dengan flavour
tertentu perlu dilakukan proses lanjut. Nata de Coco direbus dalam air bergula.
Penyiapan air bergula dengan cara menambahkan gula pasir sebanyak 500 gr ke
dalam 5 liter air ditambahkan vanili atau flavour agent lain untuk menghasilkan
valour yang diinginkan. Potongan Nata de Coco bentuk dadu dumasukkan kedalam
air bergula selanjutnya direbus hingga mendidih selama 15 menit. Nata de Coco
didingankan dan siap untuk dikonsumsi
E.Pengemasan
E.Pengemasan
Kemasan
merupakan aspek penting dalam rangka menghasilkan produk Nata de Coco untuk
keperluan komersial. Dengan demikian proses pengemasan perlu dilakukan secara
teliti dan detail prosesnya sehingga menghasilkan nilai tambah yang optimal
dari manfaat dan tujuan pengemamasan tersebut.
Kemasan terhadap produk Nata de Coco memiliki tujuan
seabagai berikut:
a. Mengawetkan produk agar bertahan lama tidah rusak.
b. Memberikan sentuhan nilai estetika terhadap produk sehingga memiliki daya tarik yang lebih tinggi.
c. Meningkatkan nilai tambah secara ekonomi terhadap produk.
d. Memudahkan proses penyimpanan dan distribusi produk.
a. Mengawetkan produk agar bertahan lama tidah rusak.
b. Memberikan sentuhan nilai estetika terhadap produk sehingga memiliki daya tarik yang lebih tinggi.
c. Meningkatkan nilai tambah secara ekonomi terhadap produk.
d. Memudahkan proses penyimpanan dan distribusi produk.
Pengemasan dapat dilakukan dengan kemasan yang
sederhana dengan menggunakan kantung plastik kemasan dengan usuran bervariasi ½
kg, 1 kg dan seterusnya sesuai dengan keperluan pasar bila pengemasan bertujuan
untuk komersial. Kemasan dapat pula dilakukan dengan menggunakan kemasan cup
plastik, ukuran aqua cup atau yang lebih besar. Ragam bentuk dan ukuran sangat
ditentukan oleh kebutuhan pasar.
Untuk menghasilkan kemasan yang baik dengan
mempertimbangkan keawetan produk yang dihasilakan perlu diperhatikan hal-hal
sabagai berikut:
a. Kemasan harus bersih atau steril.
b. Isi kemasan diusahakan penuh agar tidak ada udara tersisa dalam kemasan sehingga mikroba kontaminan tidak tumbuh.
a. Kemasan harus bersih atau steril.
b. Isi kemasan diusahakan penuh agar tidak ada udara tersisa dalam kemasan sehingga mikroba kontaminan tidak tumbuh.
Proses pengemasan produk Nata de Coco dapat dilakukan
sebagai berikut; Nata de Coco yang telah direbus dengan penambahan gula dan
flavouring agent tertentu didinginkan hingga suhu 40 oC. Produk tersebut
selanjutnya dimasukkan ke dalam kemasan plastik atau cup secara aseptik untuk
menghindari contaminan. Pengisian produk kedalam kemasan harus penuh agar tidak
tersisa udara dalam kemasan sehingga mikroba kontaminan tidak bisa tumbuh.
Kemasan selanjutnya ditutup dengan menggunakan sealer. Setelah pengemasan
selesai produk dimasukkan dalam air dingin hingga produk menjadi dingan dan
segera ditiriskan. Selanjutnya produk yang telah dikemas dan didistribusikan
atau disimpan dalam penyimpan berpendingin agar tetap segar dan lebih awet.
PRODUKSI DAN PENDAPATAN
Output dari usaha nata de coco dalam analisis keuangan
ini adalah nata de coco kemasan gelas. Setiap bulan dapat dihasilkan nata de
coco kemasan sebanyak 14.400 gelas (atau 600 karton dimana setiap karton
terdiri dari 24 nata de coco gelas). Karena adanya biaya transportasi maka
terdapat perbedaan antara harga di pasar lokal dan di pasar luar daerah. Harga
di pasar lokal adalah Rp 18.500 dan harga di pasar luar daerah adalah Rp
19.500. Distribusi pemasaran nata de coco adalah 70% untuk pasar lokal dan 30%
untuk pasar luar daerah. Dengan demikian harga rata-rata tertimbang nata de
coco per karton adalah:
(30%
X Rp. 19.500) + (70% X Rp. 18.500) = Rp. 18.800
Penerimaan
setiap produksi sebanyak 600 karton adalah:
Rp.
18.800 X 600 = Rp. 11.280.000 (pendapatan perbulan)
Dengan
asumsi dalam setahun maka penerimaan dalam setahun adalah:
Rp.
11.280.000 X 12 = Rp. 135,360,000 (pendapatan pertahun)
Dengan
demikian, aliran penerimaan usaha nata de coco tersebut adalah Rp 135,360,000
per tahun. Sedangkan aliran biaya seperti yang telah dikemukakan di atas yaitu
terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi dalam
aliran biaya dinyatakan dalam biaya penyusutan barang-barang investasi.
Proyeksi pendapatan dan biaya selengkapnya bisa dilihat di bawah ini:
1.
Biaya investasi
No
|
Uraian
|
Banyaknya
|
Harga
(Rp)
|
Jumlah
(Rp)
|
1
|
Sewa
lahan
|
1
tahun
|
Rp
1.000.000,-
|
Rp
1.000.000,-
|
2
|
Gudang
|
1
unit
|
Rp
10.000.000
|
Rp
10.00.000,-
|
3
|
Mesin
dan Peralatan
|
Lengkap
|
Rp
50.000.000,-
|
|
Total
|
Rp 61.000.000,-
|
2.
biaya tetap
No
|
Uraian
|
Banyaknya
|
Harga
(Rp)
|
Jumlah
(Rp)
|
Penyusutan
lahan
|
1
thn
|
Rp
1.000.000
|
Rp
1.000.000,-
|
|
Penyusutan
gudang
|
10
thn
|
Rp
1.000.000,-
|
Rp
1.000.000,-
|
|
Penyusutan
mesin dan peralatan
|
10
thn
|
Rp
5.000.000
|
Rp
5.000.000,-
|
|
Total
|
Rp
583.333/bln
|
Rp
7.000.000,-
|
3.
Biaya variabel
No
|
Uraian
|
Banyaknya
|
Harga
(Rp)/satuan
|
Jumlah
(Rp)/thn
|
a.
Bahan Baku dan Pembantu
|
60
Jeregen
|
Rp
15.000,-
|
Rp
900.000,-
|
|
b.
Tenaga kerja
|
4
orang
|
Rp
4.200.000,-
|
Rp
36.000.000
|
|
c.
Listrik
|
1
|
Rp
150.000,-
|
Rp
1.800.000,-
|
|
d.
Gas
|
8
buah
|
Rp
720.000,-
|
Rp
8.640.000
|
|
Total
|
Rp
5.085.000,-
|
Rp
47.340.000
|
4.
Total Biaya
=Biaya
Tetap + Biaya Variabel
= Rp
7.000.000,- + Rp 47.340.000
= Rp
54.340.000,-
5.
Produksi Nata De coco
= 600 dus x Rp 18.800
= Rp 11.280.000,-
= 12 x 11.280.000 = Rp. 135,360,000
7. Keuntungan
Produksi
- Total Biaya
= Rp
133.200.000 - 54.340.000,-
= Rp
78.860.000
Lampiran analisis usaha
INVESTASI DAN MODAL KERJA
A. INVESTASI NILAI
(Rp)
1. Tanah dan bangunan (10 m x 5 m) 23.500.000
2. Peralatan produksi
a. Nampan plastik (2000 pcs) 5.000.000
b. Drum plastik kapasitas 200 liter (10 buah)
1.950.000
c. Jerigen plastik kapasitas 30 liter (10 buah)
300.000
d. Ember plastik kapasitas 50 liter (8 buah)
200.000
e. Botol sirup 630 ml (400 buah) 120.000
f. Timbangan 1.000 g 100.000
g. Rak (6 buah) 2.100.000
Total Investasi (Modal Tetap) 33.270.000
B. MODAL KERJA (Per Bulan)
1. Air kelapa 11.472 liter 2.581.200
2. Bahan pembantu (ZA, gula pasir,
cuka) 1.333.100
3. Bahan bakar kayu 300.000
4. Air dan listrik 200.000
5. Gaji karyawan 1.650.000
6. Biaya tidak terduga (10% dari modal
kerja) 606.430
Total Modal Kerja 6.670.730
Total Kebutuhan Modal (Investasi +
Modal Kerja) 39.940.730
BIAYA PRODUKSI (Per Tahun)
1. Biaya tetap (fixed cost) 27.077.160
(gaji karyawan & biaya tidak
terduga)
2. Biaya tidak tetap (variable
cost) 52.971.600
(Air kelapa, bahan pembantu, bahan
bakar, air, listrik)
Total Biaya Produksi 80.048.760
RUGI-LABA NATA DE COCO LEMBARAN
1. Penjualan (6.500
kg x Rp1.500/kg x 12 bulan)
117.000.000
2. Biaya produksi 80.048.760
3. PPN 10% 11.700.000
(-)
4. Penghasilan kotor 25.251.240
5. Pajak penghasilan (PPh) 15% 3.787.686 (-)
6. Keuntungan bersih (18,34% dari penjualan) 21.453.554
Titik impas (break
event point atau BEP)
1. BEP dalam rupiah 49.478.477
2. BEP dalam kuantitas (kg) 32.976
Return on Investment (tingkat pengembalian modal) 52%
Rasio penjualan terhadap biaya produksi (B/C Ratio) 1,46
Sistem
Pemasaran Pada Industri Rumah Tangga Nata De Coco Khausar.
Pemasaran adalah termasuk salah satu kegiatan penting
dalam perusahaan, tidak hanya terbatas aktifitas menjual atau jasa saja atau
pemindahan barang dari suatu tempat ketempat lainnya. Pemasaran dalam arti
sempit adalah hasil prestasi kegiatan usaha yang yang berkaitan dengan
pengalirkan barang dan jasa dari produsen ke konsumen/masyarakat. Sedangkan
pemasaran dalam arti luas memiliki arti untuk mencari kesempatan menjual yang
kemudian dimanfaatan sepenuhnya dan mencari yang paling efisien untuk
memanfaatkan kesempatan yang diperoleh jangan sampai kehilangan kesempatan
menjual.
Dalam pemasaran produk nata de coco, industri rumah
tangga ini memasarkan produknya hanya baru dilakukan pada daerah Banda
Aceh dan Aceh Besar, belum dilakukan pemasaran keluar daerah sekitarnya, ini
disebabkan karena industri nata de coco ini belum lama dibangun dan masih
kekurangan modal sehingga produk yang dihasilkan masih terbatas. Terkadang pun
industri tidak mampu permintaan pasar. Industri nata de coco ini masih lebih
memfokuskan produknya agar bias dinikmati oleh konsumen lokal terlebih dahulu.
Dalam strategi pemasaran ada 4 unsur strategi bauran pemasaran yang merupakan
yang dijalankan oleh suatu perusahaan yang dapat mencapai sasaran pasarn yang
dituju yaitu strategi produk, harga, promosi, dan saluran distribusi.
a. Produk
Produk
adalah segala sesuatu yang biasa ditawarkan kepada seluruh segmen pasar agar
diperhatikan, produk yang ditawarkan oleh usaha rumah tangga ini adalah Nata De
Coco dengan menggunakan merek “Khausar” dengan ukuran per cup 250 gr dan
menghasilkan produk per minggunya 3600 cup.
b. Harga
Harga
adalah nilai satuan dari produk. Harga suatu produk sangat mempengaruhi
pendapatan. Usaha nata de coco ini menjual produknya dengan harga Rp.18.500.-
Per dus
c. Promosi
Promosi
pada hakikatnya merupakan suatu bentuk mempengaruhi perilaku pembeli baik dari
pelanggan maupun calon pelanggan. Peran promosi adalah menjelaskan kepada
pelanggan dan calon pelanggan mengenai keunggulan yang dimiliki oleh suatu
produk. Industri rumah tangga nata de coco ini hanya melakukan promosi dari
mulut ke mulut saja.
d. Saluran distribusi
Saluran
pemasaran dapat diartikan sebagai jalur atau rantai pemasaran yang dilalui
dalam proses pemindahan produk dari produsen sampai ke tangan konsumen.
Pemilihan saluran pemasaran yang tepat dan benar dapat mengoptimalkan
keuntungan yang diperoleh, sehingga berdampak pada kelangsungan dan
perkembangan perusahaan tersebut.
BAB IV
PENUTUP
1.
Kesimpulan
1. Bakteri yang berperan
dalam pembuatan nata de coco adalah Acetobacter xylinum
2. Acetobacter xylinum
berbentuk batang pendek dan merupakan bakteri gram negatif
3. Tahap pembuatan
yaitu : persiapkan alat dan bahan, pembiakan Acetobacter xylinum, pembuatan starter, fermentasi.
Dari hasil praktikum tentang pembuatan Nata de coco, maka didapatkan kesimpulan
bahwa :
• Pembuatan Nata de coco dari air kelapa sebaiknya diambil dari air kelapa sejak tiga hari sebelum praktikum dilaksanakan.
• Untuk mendapatkan hasil nata de coco yang baik, sebaiknya gula pasir, ZA, dan urea diukur dengan baik, tergantung air kelapa yang akan kita buat menjadi nata de coco sehingga ukuran bahan dapat diperkirakan sebelum mencampurnya.
• Air kelapa yang akan dimasukkan bibit, sebaiknya kita gunakan perbandingan antara bibit yang akan kita masukkan dengan air kelapa agar saat dipanen, nata tidak menjadi cair.
• Saat proses inkubasi pada suhu kamar, ruang yang bersih sangat mempengaruhi hasil dari nata de coco agar terhindar dari debu dan mikroorganisme lain, serta hindari goyangan saat melakukan proses inkubasi.
k untuk diusahakan karena pendapatannya lebih besar.
• Pembuatan Nata de coco dari air kelapa sebaiknya diambil dari air kelapa sejak tiga hari sebelum praktikum dilaksanakan.
• Untuk mendapatkan hasil nata de coco yang baik, sebaiknya gula pasir, ZA, dan urea diukur dengan baik, tergantung air kelapa yang akan kita buat menjadi nata de coco sehingga ukuran bahan dapat diperkirakan sebelum mencampurnya.
• Air kelapa yang akan dimasukkan bibit, sebaiknya kita gunakan perbandingan antara bibit yang akan kita masukkan dengan air kelapa agar saat dipanen, nata tidak menjadi cair.
• Saat proses inkubasi pada suhu kamar, ruang yang bersih sangat mempengaruhi hasil dari nata de coco agar terhindar dari debu dan mikroorganisme lain, serta hindari goyangan saat melakukan proses inkubasi.
k untuk diusahakan karena pendapatannya lebih besar.
2.
Saran
Dengan
melihat prospek pasar domestik dan pasar ekspor yang cerah,pemerintah dan pelaku usaha perlu untuk
meningkatkan standar mutuproduk nata de coco yang memenuhi kriteria preferensi
pasar dankesehatan.
Pengembangan
pola kemitraan antara usaha besar, menengah dankecil maupun rumah tangga dalam pasokan
input maupun pemasaranoutput.
Secara finansial, usaha ini layak dibiayai oleh bank,
meskipundemikian bank perlu melakukan analisis kredit yang lebihkomprehensif
dengan prinsip kehati-hatian. Disarankan bankmemberikan perhatian pada kemampuan membayar
yang lebih besar.Pemberian kredit investasi dan
modal kerja pada tahun yang samakemungkinan akan dapat
memberatkan nasabah dalam hal membayarcicilan
pokok dan bunganya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2011. Pengolahan Nata de Coco. http://www.bi.go.id/sipuk/id/?id=4&no=52301&idrb=46501
Anonymous,2011.
http://bioindustri.blogspot.com/2008/05/kemampuan-bakteri-acetobacter-xylinum.html
Pelczar, M.J. & E.C.S. Chan. 1976. Elemens of Microbiology. (terjemahan)
Hadioetomo dkk. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi. UI press.
Jakarta.
Purnomo, Bambang, 2011. Penuntun Praktikum Mikrobiologi. Fakultas Pertanian UNIB. Bengkulu.
Sutarminingsih L,Ch. 2004. Teknologi Pengolahan Pangan Peluang Usaha Nata De Coco. Yokyakarta: Kanisius.
Purnomo, Bambang, 2011. Penuntun Praktikum Mikrobiologi. Fakultas Pertanian UNIB. Bengkulu.
Sutarminingsih L,Ch. 2004. Teknologi Pengolahan Pangan Peluang Usaha Nata De Coco. Yokyakarta: Kanisius.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar