Kamis, 20 Februari 2014


Laporan Praktikum Mikrobiologi


PEMBUATAN NATA DE COCO




Hendra pangaribuan
NPM : E1J012075




\










Laboratorium IHPT
Fakultas Pertanian
Universitas Bengkulu


BAB I
 Pendahuluan

A.    Latar Belakang
Kata nata berasal dari bahasa Spanyol yang berarti krim. Nata diterjemahkan ke dalam bahasa Latin sebagai 'natare' yang berarti terapung-apung. Nata dapat dibuat dari air kelapa, santan kelapa, tetes tebu (molases), limbah cair tebu, atau sari buah (nanas, melon, pisang, jeruk, jambu biji, strawberry dan lain-lain). Nata yang dibuat dari air kelapa disebut nata de coco. Di Indonesia, nata de coco sering disebut sari air kelapa atau sari kelapa. Nata de coco pertama kali berasal dari Filipina. Di Indonesia, nata de coco mulai dicoba pada tahun 1973 dan mulai diperkenalkan pada tahun 1975. Namun demikian, nata de coco mulai dikenal luas di pasaran pada tahun 1981 (Sutarminingsih, 2004).
Di Indonesia pada awalnya, industri pengolahan nata diawali di tingkat usaha rumah tangga (home industry) dengan menggunakan sari buah nanas sebagai bahan bakunya sehingga produknya sering disebut nata de pina. Seperti pada umumnya usaha buah-buahan musiman lainnya, keberlangsungan produksi nata de pina terbentur dengan kendala sifat musiman tanaman nanas. Sehingga produksi nata de pina tidak dapat dilakukan sepanjang tahun. Keberlangsungan input merupakan hal yang penting dalam manajemen agribisnis termasuk nata de coco (Gumbira dan Intan, 2001). Untuk mengatasi kendala tersebut, alternatif penggunaan bahan lain yang mudah didapat, tersedia sepanjang tahun dan harganya murah adalah air kelapa. Pada mulanya air kelapa kebanyakan hanya merupakan limbah dari industri pembuatan kopra atau minyak goreng (Jawa: klentik). Nata dari air kelapa yang kemudian terkenal dengan nama nata de coco merupakan hasil fermentasi air kelapa dengan bantuan mikroba acetobacter xylinum. Jumlah air kelapa yang dihasilkan dari buah kelapa di Indonesia kurang lebih 900 juta liter per tahun (Sutardi 2004).
Nata de coco merupakan salah satu produk olahan air kelapa yang memiliki kandungan serat tinggi dan kandungan kalori rendah sehingga cocok untuk makanan diet dan baik untuk sistim pencernaan serta tidak mengandung kolesterol sehingga mulai poluler di kalangan masyarakat yang memiliki perhatian pada kesehatan. Nata de coco tidak hanya memiliki pasar domestik tetapi juga pasar ekspor terutama Eropa, Jepang, Amerika Serikat dan negara-negara Timur Tengah. Di pasar domestik, permintaan nata de coco biasanya meningkat tajam pada saat menjelang hari raya Natal, Lebaran, Tahun Baru dan peristiwa-peristiwa penting lainnya. Begitu banyaknya permintaan pada waktu-waktu tersebut, banyak rumah tangga yang secara sporadis membuat nata de coco untuk memanfaatkan kesempatan tersebut. Negara-negara penghasil nata de coco pesaing Indonesai adalah Filipina, Malaysia dan Vietnam. Di pasar ekspor, Filipina merupakan saingan utama produk nata de coco. Di Jepang, 90% nata de coco diimpor dari Filipina. Orang Jepang percaya bahwa nata de coco dapat melindungi tubuh dari kanker dan digunakan untuk makanan diet (DAAMAS, 2004).
Dari segi skala perusahaan, usaha nata de coco dilakukan oleh beberapa perusahaan besar-menengah dan juga banyak sekali perusahaan kecil-rumah tangga. Tentu saja mereka memiliki segmentasi pasar sendiri-sendiri. Perusahaan besar-menengah memiliki pasar yang relatif lebih luas mencangkup pasar domestik dan pasar ekspor. Sedangkan perusahaan kecil-rumah tangga memiliki pasar lokal dan daerah sekitar. Usaha kecil-rumah tangga nata de coco telah banyak menyerap tenaga kerja lokal. Oleh karena itu, pemerintah sangat mendukung usaha nata de coco tersebut melalui pemberian latihan/bimbingan teknis dan bantuan modal pada usaha kecil.
Sebenarnya nata de coco merupakan hasil sampingan (limbah) buah kelapa. Buah kelapa merupakan bagian terpenting dari tanaman kelapa karena memiliki nilai ekonomis dan gizi yang tinggi. Dilihat dari persentase komponennya, buah kelapa terdiri dari empat komponen yaitu 35% sabut, 12% tempurung, 28% daging buah dan 25% air kelapa. Masing-masing komponen dapat dimanfaatkan untuk produk makanan maupun non makanan. Sebagai contoh serabut untuk kerajinan keset, sapu, furniture; tempurung kelapa untuk arang; buah kelapa untuk minyak goreng, santan, kopra; dan air kelapa untuk nata de coco. Dari total produksi kelapa di Indonesia 34,7% diolah untuk santan, 8% untuk minyak goreng dan 57,3% untuk kopra (Kompas, 2004). Terdapat bermacam-macam output hasil olahan buah kelapa. Gambar 1.1. menunjukkan output derivasi dari buah kelapa. Nata de coco hanya merupakan salah satu output derivasi dari air kelapa, selain asam cuka minuman dan obat penurun panas.
Dari segi keberlangsungan pasokan input, usaha nata de coco memiliki prospek yang cerah. Daerah penghasil kelapa di Indonesia antara lain Sulawesi Utara, Riau, Jambi, Lampung, Daerah Istimewa Aceh, Sumatra Barat, Sumatra Utara, Sulawesi Tengah, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat. Sebesar 90,86% dari total produksi kelapa Indonesia berasal dari daerah-daerah tersebut (Departemen Pertanian 2004). Data sampai dengan tahun 1999 menunjukkan bahwa Indonesia merupakan penghasil kelapa terbesar di dunia diikuti India dan Filipina (DAAMAS 2004). Tabel 1.1 menunjukkan produksi kelapa di Indonesia, Filipina, India dan Total dunia 1995-1999.

Tabel 1.1.Produksi Kelapa (000 metric tons)
Negara
1995
1996
1997
1998
1999
Indonesia
13.868
14.138
14.710
14.710
13.000
Filipina
10.300
11.318
12.053
10.493
11.000
India
8.000
9.649
9.800
10.000
11.000
Total Dunia
45.068
47.733
49.354
47.696
47.480
Buah kelapa memiliki kontribusi pembangungan ekonomi di Nanggroe Aceh Darussalam. Dari buah kelapa ini saja sudah terdapat tiga industri menengah dan besar, 270 industri kecil formal dan nonformal. Dari sekitar 7.537 unit usaha yang menyerap 39.532 tenaga kerja di sektor industri, hanya sekitar enam% saja tenaga kerja yang terkait dengan industri dengan latar belakang pemanfaatan kelapa.
Usaha nata de coco memberikan dampak yang positif terhadap masyarakat sekitar karena mengingat bahan dasar nata de coco hanya merupakan limbah produksi kopra. Dengan asumsi setiap petani dapat menghasilkan 10 jerigen (kapasitas 20 liter) atau 200 liter dalam satu hari, petani akan mendapatkan tambahan penghasilan Rp 20.000-Rp30.000 per hari (harga per liter: Rp 100 - Rp 150 per liter). Air kelapa memiliki kandungan vitamin seperti ditunjukkan oleh tabel Tabel 1.2
Tabel 1.2. Komposisi Vitamin Air Kelapa

No.
Jenis Vitamin
ug/ml
1.
Asam nikotinat
0,01
2.
Biotin
0,02
3.
Asam pantotenat
0,52
4.
Riboflavin
0,01
5.
Asam fosfat
0,03

B. Tujuan Praktikum
•    Agar mahasiswa mampu membuat sendiri nata nata de coco                                              •    Agar mahasiswa mampu memanfaatkan limbah secara mikrobiologis untuk dijadikan bahan       bernilai ekonomi.
BAB II
 Metodelogi

2.1 Bahan dan Alat

•    Bahan  : Stater nata mengandung Acetobacter xylinum, air kelapa atau bahan lain, gula pasir, asam cuka dapur, asam asetat glacial, urea, ZA.

•    Alat     : Kompor, panic untuk merebus media (air kelapa), gelas ukur besar, pengduk, saringan air kelapa/ayakan tepung, nampan/wadah untuk fermentasi, kain putih/kertas Koran untuk penutup, tali pengikat/raffia, timbangan.


2.2 Prosedur Kerja

•    Air kelapa disaring dengan menggunakan kain saring bersih.
•    Sambil dipanaskan, air kelapa ditambah sukrosa (gula pasir) sebanyak 10% (b/v), ZA 0,25% dan urea 0,5% (b/v), diaduk hingga homogeny dan air kelapa mendidih.
•    Substrat ini didinginkan, kemudian ditambah asam asetat glacial (asam cuka) sebanyak 2% atau 16 ml asam cuka dapur untuk setiap 1 literair kelapa.
•    Substrat disterilkan dengan cara dimasukkan dalam autoclave pada suhu 121ºC, tekanan 1 atm, selama 10 menit (atau didihkan selama 20 menit).
•    Substrat didinginkan hingga suhu 40ºC kemudian dimasukkan pada nampan atau baskom steril dengan permukaan yang lebar, dengan kedalaman substrat kira-kira 3 cm.
•    Substrat diinokulasi dengan menggunakan starter atau bibit sebanyak 10% (v/v).
•    Substrat kemudian diaduk rata dan ditutup dengan menggunakan kain basa (boleh menggunakan kertas koran).
•    Nampan diinkubasi atau diperam dengan cara diletakkan pada tempat dan ruang yang bersih, terhindar dari debu dan goyangan.
•    Inkubasi dilakukan selama 10-15 hari, pada suhu kamar. Pada tahap fermentasi ini tidak boleh digoyang-goyang.
•    Pada umur 10-15 hari nata dapat dipanen dan diolah sesuai selera.











                                                            BAB III
                                    Hasi pengamatan danPembahasan

          Nata de coco adalah produk makanan yang dihasilkan dari fermentasi cairan oleh bakteri Acetobacter xylinum. Nata de coco ini dibuat dari air kelapa yang telah disiapkan untuk praktikum pembuatan nata di laboratorium. Setelah alat dan bahan telah lengkap, selanjutnya kita mengikuti prosedur kerja pembuatan nata.
Air kelapa sebanyak 10 L yang telah disiapkan sebelumnya, disaring dengan menggunakan kain saring bersih. Setelah itu, sambil dipanaskan  air kelapa yang telah disaring tadi ditambah sukrosa (gula pasir) sebanyak 100 g. Selanjutnya, tambahkan ZA yang telah ditimbang sebelumnya yaitu sebanyak 50 g dan urea sebanyak 50 g. Aduklah hingga tercampur rata secara homogen dan sampai air kelapa mendidih. Setelah mendidih, angkat air kelapa dan dinginkan. Substrat didinginkan hingga suhu 40C kemudian dimasukkan pada botol yang sudah disterilisasi. Substrat diinokulasi dengan menggunakan starter atau bibit dengan perbandingan 1000 : 100 setiap 1 L air kelapa. Kemudian aduk rata dan ditutup dengan kertas Koran. Selanjutnya, nampan diinkubasi dengan cara diletakkan pada tempat dan ruang yang bersih serta terhindar dari goyangan dan debu. Inkubasi dilakukan selama 10-15 hari pada suhu kamar dan setelah umur ini nata siap dipanen dan diolah.

Proses Pembuatan
A.Pembuatan lembaran nata de coco:
1.      Penyaringan air kelapa. Penyaringan ini dilakukan untuk memisahkan air dari kotoran-kotoran atau serbuk-serbuk sabut kelapa yang ikut terbawa. Pada industri ini, penyaringan dilakukan dengan menggunakan kain saring dengan ukuran dengan akuran mesh yang lebih kecil dari saringan plastic biasanya. Jumlah air yang digunakan untuk sekali produksi adalah 100 liter.
2.      Penambahan gula, Alumunium sulfat, dan asam asetat glasial. Ketiga bahan tersebut ditambahkan kedalam air kelapa untuk dapat menciptakan kondisi pertumbuhan yang sesuai untuk pertumbuhan bakteri yang akan diinokulasikan. Gula dan Alumunium sulfat digunakan sebagai sumber nutrisi karbon dan nitrogen bagi bakteri, sedangkan asetat glacial ditambahkan untuk menciptakan kondisi asam dengan pH 4-4,5. Dari 100 liter air kelapa yang digunakan, ditambahkan gula sebanyak 40cc, alumunium sulfat 40cc, dan asam asetat glacial 40cc.
3.      Pemanasan larutan. Pemanasan larutan dilakukakan hingga suhu 100 derajat Celsius untuk melarutkan seluruh larutan gula, Alumunium sulfat, dan asam asetat glacial yang ditambahkan kedalam air kelapa.
4.      Penyaringan kembali larutan air kelapa. Penyaringan ini dimaksudkan untuk memisahkan larutan dari kotoran-kotoran yang mungkin terdapat pada gula, Alumunium sulfat, dan asam asetat glacial.
5.      Pendinginan setelah pemanasan, larutan dituang kedalam wadah fermentasi (talam) dan ditutup dengan kertas koran yang steril hingga larutan menjadi dingin selama 2-3 jam
6.      Penambahan starter. Starter ditambahkan kedalam larutan setelah larutan tersebut benar-benar menjadi dingin. Banyak starter yang ditambahkan sekitar 1 botol starter dapat untuk 6 talam. Kemudian ditutup dengan kertas Koran yang steril dan diikat dengan karet.
7.      Proses fermentasi. Fermentasi dilakukan dengan meletakan wadah-wadah fermentasi tersebut diatas rak fermentasi atau dirung kamar hingga 7 hari sampai berbentuk lapisan nata dengan ketebalan yang diinginkan.
B.Persiapan Substrat
Sustrat adalah media pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum, bentuk cair yang didalamnya mengandung nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan Acetobacter xylinum, untuk menghasilkan Nata de Coco.
Cara penyiapan substrat untuk pembuatan Nata de Coco dengan bahan baku air kelapa ádalah sebagai berikut; air kelapa yang diperoleh dari pasar disaring dengan menggunakan kain saring bersih. Ke dalam air kelapa ditambahkan sukrosa (gula pasir) sebanyak 10% (b/v). Gula ditambahkan sambil dipanaskan, diaduk hingga homogen. Urea (sebanyak 5 gram urea untuk setiap 1 liter air kelapa bergula yang disiapkan) ditambahkan dan diaduk sambil didihkan. Substrat ini didinginkan, kemudian ditambah asam acetat glacial (asam cuka ) sebanyak 2% atau asam cuka dapur 25% (16 ml asam asetat untuk setiap 1 liter air kelapa). Substrat disterilkan dengan cara dimasukkan dalam outoclave pada suhu 121 oC, tekanan 2 atm, selama 15 menit (atau      didihkan          selama            15menit). 

C.Penyiapan Starter
Starter adalah bibit Acetobacter xylinum yang telah ditumbuhkan dalam substrat pertumbuhan kultur tersebut sehingga populasi bakteri Acetobacter xylinum mencapai karapatan optimal untuk proses pembuatan nata, yaitu 1 x 109 sel/ml. Biasanya kerapatan ini akan dicapai pada pertumbuhan kultur tersebut dalam susbtrat selama 48 jam (2 hari).
Penyiapan starter adalah sebagai berikut: substrat disterilkan dengan outoclave atau dengan cara didihkan selama 15 menit. Setelah dingin kira-kira susu 40 oC, sebanyak 300 ml dimasukkan ke dalam botol steril volume 500 ml. Substrat dalam botol steril diinokulasi (ditanami bibit bakteri Acetobacter xylinum) sebanyak 2 ose (kira-kira 2 pentol korek api), bibit Acetobacter xylinum. Substrat digojog, sebaiknya menggunakan shaker dengan kecepatan 140 rpm ( secara manual digojog setiap 2-4 jam ). Starter ditumbuhkan selama 2 hari, pada suhu kamar. 
D.Fermentasi
Fermentasi adalah suatu proses pengubahan senyawa yang terkandung di dalam substrat oleh mikroba (kulture) misalkan senyawa gula menjadi bentuk lain (misalkan selulosa / Nata de Coco), baik merupakan proses pemecahan maupun proses pembentukan dalam situasi aerob maupun anaerob. Jadi proses fermentasi bisa terjadi proses katabolisme maupun proses anabolisme.
Fermentasi substrat air kelapa yang telah dipersiapkan sebelumnya prosesnya sebagai berikut; substrat air kelapa disterilkan dengan menggunakan outoclave atau dengan cara didihkan selama 15 menit. Substrat didinginkan hingga suhu 40oC. Substrat dimasukkan pada nampan atau baskom steril dengan permukaan yang lebar, dengan kedalaman substrat kira-kira 5 cm. Substrat diinokulasi dengan menggunakan starter atau bibit sebanyak 10 % (v/v). Substrat kemudian diaduk rata, ditutup dengan menggunakan kain kasa. Nampan diinkubasi atau diperam dengan cara diletakan pada tempat yang bersih, terhindar dari debu, ditutup dengan menggunakan kain bersih untuk menghindari terjadinya kontaminasi. Inkubasi dilakukan selama 10 – 15 hari, pada suhu kamar. Pada tahap fermentasi ini tidak boleh digojok. Pada umur 10-15 hari nata dapat dipanen.

3.7.Proses Pengolahan Nata de Coco
Nata de Coco yang dipanen pada umur 10-15 hari, dalam bentuk lembaran dengan ketebalan 1 - 1,5 cm. Nata de Coco dicuci dengan menggunakan air bersih, diiris dalam betuk kubus, dicuci dengan menggunakan air bersih. Nata de Coco direndam dalam air bersih selama 2-3 hari. Agar rasa asam Nata de Coco hilang perlu direbus hingga selama 10 menit. Hingga tahap ini telah dihasilkan Nata de Coco rasa tawar.
Untuk menghasilkan Nata de Coco siap konsumsi yang memiliki rasa manis dengan flavour tertentu perlu dilakukan proses lanjut. Nata de Coco direbus dalam air bergula. Penyiapan air bergula dengan cara menambahkan gula pasir sebanyak 500 gr ke dalam 5 liter air ditambahkan vanili atau flavour agent lain untuk menghasilkan valour yang diinginkan. Potongan Nata de Coco bentuk dadu dumasukkan kedalam air bergula selanjutnya direbus hingga mendidih selama 15 menit. Nata de Coco didingankan dan siap untuk dikonsumsi 

E.Pengemasan
Kemasan merupakan aspek penting dalam rangka menghasilkan produk Nata de Coco untuk keperluan komersial. Dengan demikian proses pengemasan perlu dilakukan secara teliti dan detail prosesnya sehingga menghasilkan nilai tambah yang optimal dari manfaat dan tujuan pengemamasan tersebut.
Kemasan terhadap produk Nata de Coco memiliki tujuan seabagai berikut:
a.       Mengawetkan produk agar bertahan lama tidah rusak.
b.      Memberikan sentuhan nilai estetika terhadap produk sehingga memiliki daya tarik yang lebih tinggi.
c.       Meningkatkan nilai tambah secara ekonomi terhadap produk.
d.      Memudahkan proses penyimpanan dan distribusi produk.
Pengemasan dapat dilakukan dengan kemasan yang sederhana dengan menggunakan kantung plastik kemasan dengan usuran bervariasi ½ kg, 1 kg dan seterusnya sesuai dengan keperluan pasar bila pengemasan bertujuan untuk komersial. Kemasan dapat pula dilakukan dengan menggunakan kemasan cup plastik, ukuran aqua cup atau yang lebih besar. Ragam bentuk dan ukuran sangat ditentukan oleh kebutuhan pasar.
Untuk menghasilkan kemasan yang baik dengan mempertimbangkan keawetan produk yang dihasilakan perlu diperhatikan hal-hal sabagai berikut:
a.       Kemasan harus bersih atau steril.
b.      Isi kemasan diusahakan penuh agar tidak ada udara tersisa dalam kemasan sehingga mikroba kontaminan tidak tumbuh.
Proses pengemasan produk Nata de Coco dapat dilakukan sebagai berikut; Nata de Coco yang telah direbus dengan penambahan gula dan flavouring agent tertentu didinginkan hingga suhu 40 oC. Produk tersebut selanjutnya dimasukkan ke dalam kemasan plastik atau cup secara aseptik untuk menghindari contaminan. Pengisian produk kedalam kemasan harus penuh agar tidak tersisa udara dalam kemasan sehingga mikroba kontaminan tidak bisa tumbuh. Kemasan selanjutnya ditutup dengan menggunakan sealer. Setelah pengemasan selesai produk dimasukkan dalam air dingin hingga produk menjadi dingan dan segera ditiriskan. Selanjutnya produk yang telah dikemas dan didistribusikan atau disimpan dalam penyimpan berpendingin agar tetap segar dan lebih awet.


PRODUKSI DAN PENDAPATAN
Output dari usaha nata de coco dalam analisis keuangan ini adalah nata de coco kemasan gelas. Setiap bulan dapat dihasilkan nata de coco kemasan sebanyak 14.400 gelas (atau 600 karton dimana setiap karton terdiri dari 24 nata de coco gelas). Karena adanya biaya transportasi maka terdapat perbedaan antara harga di pasar lokal dan di pasar luar daerah. Harga di pasar lokal adalah Rp 18.500 dan harga di pasar luar daerah adalah Rp 19.500. Distribusi pemasaran nata de coco adalah 70% untuk pasar lokal dan 30% untuk pasar luar daerah. Dengan demikian harga rata-rata tertimbang nata de coco per karton adalah:
(30% X Rp. 19.500) + (70% X Rp. 18.500) = Rp. 18.800
Penerimaan setiap produksi sebanyak 600 karton adalah:
Rp. 18.800 X 600 = Rp. 11.280.000 (pendapatan perbulan)
Dengan asumsi dalam setahun maka penerimaan dalam setahun adalah:
Rp. 11.280.000 X 12 = Rp. 135,360,000 (pendapatan pertahun)
Dengan demikian, aliran penerimaan usaha nata de coco tersebut adalah Rp 135,360,000 per tahun. Sedangkan aliran biaya seperti yang telah dikemukakan di atas yaitu terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi dalam aliran biaya dinyatakan dalam biaya penyusutan barang-barang investasi. Proyeksi pendapatan dan biaya selengkapnya bisa dilihat di bawah ini:
1. Biaya investasi
No
Uraian
Banyaknya
Harga (Rp)
Jumlah (Rp)
1
Sewa lahan
1 tahun
Rp 1.000.000,-
Rp 1.000.000,-
2
Gudang
1 unit
Rp 10.000.000
Rp 10.00.000,-
3
Mesin dan Peralatan
Lengkap
Rp  50.000.000,-
Total
Rp 61.000.000,-


2. biaya tetap
No
Uraian
Banyaknya
Harga (Rp)
Jumlah (Rp)
Penyusutan lahan
1 thn
Rp 1.000.000
Rp 1.000.000,-
Penyusutan gudang
10 thn
Rp 1.000.000,-
Rp 1.000.000,-
Penyusutan mesin dan peralatan
10 thn
Rp 5.000.000
Rp 5.000.000,-
Total
Rp 583.333/bln
Rp 7.000.000,-

3. Biaya variabel
No
Uraian
Banyaknya
Harga (Rp)/satuan
Jumlah (Rp)/thn
a. Bahan Baku dan Pembantu
60 Jeregen
Rp          15.000,-
Rp 900.000,-
b. Tenaga kerja
4 orang
Rp 4.200.000,-
Rp 36.000.000
c. Listrik
1
Rp      150.000,-
Rp 1.800.000,-
d. Gas
8 buah
Rp      720.000,-
Rp 8.640.000
Total
Rp 5.085.000,-
Rp 47.340.000

4. Total Biaya
=Biaya Tetap + Biaya Variabel
= Rp 7.000.000,- + Rp 47.340.000
= Rp 54.340.000,-

5. Produksi Nata De coco
= 600 dus x Rp 18.800
= Rp 11.280.000,-
= 12 x 11.280.000 =  Rp. 135,360,000 

7. Keuntungan
Produksi - Total Biaya
= Rp 133.200.000 - 54.340.000,-
= Rp 78.860.000



Lampiran  analisis usaha
INVESTASI DAN MODAL KERJA

A.        INVESTASI                                                   NILAI (Rp)
1.        Tanah dan bangunan (10 m x 5 m)                                    23.500.000
2.        Peralatan produksi
a.        Nampan plastik (2000 pcs)                                 5.000.000
b.        Drum plastik kapasitas 200 liter (10 buah)        1.950.000
c.         Jerigen plastik kapasitas 30 liter (10 buah)           300.000
d.        Ember plastik kapasitas 50 liter (8 buah)              200.000
e.        Botol sirup 630 ml (400 buah)                  120.000
f.         Timbangan 1.000 g                                   100.000
g.        Rak (6 buah)                                          2.100.000
Total Investasi (Modal Tetap)                         33.270.000
B.        MODAL KERJA (Per Bulan)
1. Air kelapa 11.472 liter                                        2.581.200
2. Bahan pembantu (ZA, gula pasir, cuka)                         1.333.100
3. Bahan bakar kayu                                                  300.000
4. Air dan listrik                                                         200.000
5. Gaji karyawan                                                     1.650.000
6. Biaya tidak terduga (10% dari modal kerja)                      606.430
Total Modal Kerja                                       6.670.730
Total Kebutuhan Modal (Investasi + Modal Kerja)                     39.940.730

BIAYA PRODUKSI (Per Tahun)
1.        Biaya tetap (fixed cost)                                     27.077.160
(gaji karyawan & biaya tidak terduga)
2.        Biaya tidak tetap (variable cost)                                  52.971.600
(Air kelapa, bahan pembantu, bahan bakar, air, listrik)
Total Biaya Produksi                                            80.048.760


RUGI-LABA NATA DE COCO LEMBARAN

1.        Penjualan          (6.500 kg x Rp1.500/kg x 12 bulan)          117.000.000
2.        Biaya produksi                                                 80.048.760
3.        PPN 10%                                                         11.700.000 (-)
4.        Penghasilan kotor                                             25.251.240
5.        Pajak penghasilan (PPh) 15%                                        3.787.686 (-)
6.        Keuntungan bersih (18,34% dari penjualan)                21.453.554

Titik impas (break event point atau BEP)
1.        BEP dalam rupiah                                            49.478.477
2.        BEP dalam kuantitas (kg)                                                   32.976

Return on Investment (tingkat pengembalian modal)              52%
Rasio penjualan terhadap biaya produksi (B/C Ratio)                        1,46




Sistem Pemasaran Pada Industri Rumah Tangga Nata De Coco Khausar.
Pemasaran adalah termasuk salah satu kegiatan penting dalam perusahaan, tidak hanya terbatas aktifitas menjual atau jasa saja atau pemindahan barang dari suatu tempat ketempat lainnya. Pemasaran dalam arti sempit adalah hasil prestasi kegiatan usaha yang yang berkaitan dengan pengalirkan barang dan jasa dari produsen ke konsumen/masyarakat. Sedangkan pemasaran dalam arti luas memiliki arti untuk mencari kesempatan menjual yang kemudian dimanfaatan sepenuhnya dan mencari yang paling efisien untuk memanfaatkan kesempatan yang diperoleh jangan sampai kehilangan kesempatan menjual.
Dalam pemasaran produk nata de coco, industri rumah tangga  ini memasarkan produknya hanya baru dilakukan pada daerah Banda Aceh dan Aceh Besar, belum dilakukan pemasaran keluar daerah sekitarnya, ini disebabkan karena industri nata de coco ini belum lama dibangun dan masih kekurangan modal sehingga produk yang dihasilkan masih terbatas. Terkadang pun industri tidak mampu permintaan pasar. Industri nata de coco ini masih lebih memfokuskan produknya agar bias dinikmati oleh konsumen lokal terlebih dahulu. Dalam strategi pemasaran ada 4 unsur strategi bauran pemasaran yang merupakan yang dijalankan oleh suatu perusahaan yang dapat mencapai sasaran pasarn yang dituju yaitu strategi produk, harga, promosi, dan saluran distribusi.
a.       Produk
Produk adalah segala sesuatu yang biasa ditawarkan kepada seluruh segmen pasar agar diperhatikan, produk yang ditawarkan oleh usaha rumah tangga ini adalah Nata De Coco dengan menggunakan merek “Khausar” dengan ukuran per cup 250 gr dan menghasilkan produk per minggunya 3600 cup.
b.      Harga
Harga adalah nilai satuan dari produk. Harga suatu produk sangat mempengaruhi pendapatan. Usaha nata de coco ini menjual produknya dengan harga Rp.18.500.- Per dus
c.       Promosi
Promosi pada hakikatnya merupakan suatu bentuk mempengaruhi perilaku pembeli baik dari pelanggan maupun calon pelanggan. Peran promosi adalah menjelaskan kepada pelanggan dan calon pelanggan mengenai keunggulan yang dimiliki oleh suatu produk. Industri rumah tangga nata de coco ini hanya melakukan promosi dari mulut ke mulut saja.
d.      Saluran distribusi
Saluran pemasaran dapat diartikan sebagai jalur atau rantai pemasaran yang dilalui dalam proses pemindahan produk dari produsen sampai ke tangan konsumen. Pemilihan saluran pemasaran yang tepat dan benar dapat mengoptimalkan keuntungan yang diperoleh, sehingga berdampak pada kelangsungan dan perkembangan perusahaan tersebut.

















BAB IV
PENUTUP
1.      Kesimpulan
1.      Bakteri yang berperan dalam pembuatan nata de coco adalah Acetobacter xylinum
2.      Acetobacter xylinum berbentuk batang pendek dan merupakan bakteri gram negatif
3.      Tahap pembuatan yaitu : persiapkan alat dan bahan, pembiakan Acetobacter xylinum, pembuatan starter, fermentasi.                                                                                             Dari hasil praktikum tentang pembuatan Nata de coco, maka didapatkan kesimpulan bahwa :
•    Pembuatan Nata de coco dari air kelapa sebaiknya diambil dari air kelapa sejak tiga hari sebelum praktikum dilaksanakan.
•    Untuk mendapatkan hasil nata de coco yang baik, sebaiknya gula pasir, ZA, dan urea diukur dengan baik, tergantung air kelapa yang akan kita buat menjadi nata de coco sehingga ukuran bahan dapat diperkirakan sebelum mencampurnya.
•    Air kelapa yang akan dimasukkan bibit, sebaiknya kita gunakan perbandingan antara bibit yang akan kita masukkan dengan air kelapa agar saat dipanen, nata tidak menjadi cair.
•    Saat proses inkubasi pada suhu kamar, ruang yang bersih sangat mempengaruhi hasil dari nata de coco agar terhindar dari debu dan mikroorganisme lain, serta hindari goyangan saat melakukan proses inkubasi.
k untuk diusahakan karena pendapatannya lebih besar.
2.      Saran
Dengan melihat prospek pasar domestik dan pasar ekspor yang cerah,pemerintah dan pelaku usaha perlu untuk meningkatkan standar mutuproduk nata de coco yang memenuhi kriteria preferensi pasar dankesehatan.
Pengembangan pola kemitraan antara usaha besar, menengah dankecil maupun rumah tangga dalam pasokan input maupun pemasaranoutput.
Secara finansial, usaha ini layak dibiayai oleh bank, meskipundemikian bank perlu melakukan analisis kredit yang lebihkomprehensif dengan prinsip kehati-hatian. Disarankan bankmemberikan perhatian pada kemampuan membayar yang lebih besar.Pemberian kredit investasi dan modal kerja pada tahun yang samakemungkinan akan dapat memberatkan nasabah dalam hal membayarcicilan pokok dan bunganya.











































DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2011. Pengolahan Nata de Coco. http://www.bi.go.id/sipuk/id/?id=4&no=52301&idrb=46501
Anonymous,2011. http://bioindustri.blogspot.com/2008/05/kemampuan-bakteri-acetobacter-xylinum.html Pelczar, M.J. & E.C.S. Chan. 1976. Elemens of Microbiology. (terjemahan) Hadioetomo dkk. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi. UI press. Jakarta.   
Purnomo, Bambang, 2011. Penuntun Praktikum Mikrobiologi. Fakultas Pertanian UNIB. Bengkulu.
Sutarminingsih L,Ch. 2004. Teknologi Pengolahan Pangan Peluang Usaha Nata De Coco. Yokyakarta: Kanisius.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar